Selamat datang di BLog Gereja St. Theresia Brosot Bookmark and Share

Kamis, 22 Oktober 2009

“Untung Lilin itu Masih Menyala”

Rekoleksi Umat di Paroki Yakobus Bantul ini merupakan sebuah kesempatan mendalami dan merefleksikan pengalaman iman umat di tengah masyarakat. Sebuah kesempatan untuk melihat dan mengenal Allah secara lebih dekat dalam pribadi-pribadi yang dijumpai. Aku mulai menjalani dinamika bersama umat lingkungan pada hari Senin 12 Oktober yang lalu. Yah, memang penuh dengan spontanitas dan unpredictable situation karena aku baru tahu kalau ditempatkan di Lingkungan Srandakan, Stasi Brosot ketika aku tiba di paroki, siang hari itu. Tak lama kemudian sekitar jam 4 sore aku sudah tiba di pondokanku, rumah keluarga Pak Karsidi. Saat sampai di rumah, segera aku diajak diskusi untuk kunjungan umat dan merencanakan ibadat lingkungan bersama Pak Paijan. Lama aku, Pak Karsidi dan Pak Paijan ngobrol ngalor ngidul sampai akhirnya tiba waktu untuk kunjungan umat dan bersiap untuk pertemuan malam itu (senin malam). Penyertaaan Tuhan dan janjiNya yg akan menemaniku kurasakan dalam situasi yang tidak mendukung dan serba mendadak/ spontan. Hasil keputusan sore hari itu: aku diantar berkelilling Lingkungan St Antonius Srandakan sore hari itu dan pagi harinya serta mengadakan 1X pertemuan. Syukur kepada Allah langkahku semakin jelas.

Nah, sore itu aku berkunjung ke rumah keluarga calon ketua lingkungan, Pak Joko, lalu ke rumah ketua lingkungan yang sedang sakit, ke rumah para sesepuh dan keluarga yang perlu diperhatikan. Untunglah, waktu kunjungan sore itu cukup dan aku tiba di pondokan dengan waktu yang masih cukup untuk beristirahat dan bersih-bersih diri. Tak lama, aku sudah mempersiapkan bahan ibadat dan doa lingkungan di tempat Pak Karsidi dengan bahan persekutuan dan cara hidup jemaat dengan mengambil teladan St Antonius pelindung lingkungan ini. Ada istilah di lingkungan tersebut ketika ibadat yang dan kegiatan lingkungan selalu dikaitkan dengan angka ’45. Angka tersebut tidak hanya mewakili angkatan yang hadir, yakni angkatan ’45 (sepuh-sepuh) tetapi juga yang hadir hanya 4-5 orang. Aku cukup gembira dan senang karena kurang lebih umat yang hadir saat itu lebih dari perkiraan. Umat yang hadi bersama tuan rumah sebanyak 9 orang. Kesempatan yang tersebut kuberikan kepada umat untuk sharing. Ternyata, keluar juga aneka macam uneg-uneg yang sudah lama ingin disampaikan oleh mereka berkaitan dengan keprihatinan hidup umat: iman yang kurang mengakar (umat pindah agama), perkawinan bermasalah, sampai keprihatinan sebagai kelompok minoritas di tengah masyarakat. Saat mendengarkan sharing tersebut, aku merasa amat bersyukur..Tuhan, syukur kepada-Mu, lilin umat lingkungan St Antonius ini belum padam. Masih ada secercah sinar dan harapan. Aku lalu mengambil kesempatan itu untuk berproses keluar dari hal-hal negatif/ negatif thinking menuju positif thinking. Ada hal-hal yang sudah berjalan baik di lingkungan, tetapi masih bisa dilanjutkan dan dikembangkan. Kebiasaan negatif dan putus asa menghidupkan kegiatan umat itulah yang lalu kuolah bersama umat hingga pada akhirnya mereka kuantar untuk mengusahakan positif thinking dalam membina hidup bersama. Muncul harapan baru untuk menghidupkan kegiatan, beranjak dari masa senja dan kegelapan menuju fajar cerah, minimal untuk umat yang hadir saat itu. Petemuan berjalan dengan lancar dan penuh suasana kekeluargaan sampai-sampai tidak sadar kalau waktu telah mulai larut.

Pagi hari aku bangun cukup pagi, seperti biasa, pukul 05.00. Setelah berbagai aktifitas pagi dan persiapan, pukul 08.00, Pak Paijan menjemputku untuk melanjutkan kunjungan umat. Rasanya senang dan lega juga meski masih jauh dari perkiraan yang dapat dikunjungi. Aku mengatakan kepada Pak Paijan, jika suatu hari aku datang, aku masih diberi kesempatan untuk mengunjungi umat, dan hadir untuk berlajar bersama mereka. Bukan dalam rangka rekoleksi umat lagi tetapi aku sudah merasa mereka sebagai sahabat yang menemani perjalanan imamatku. Syukur kepada Tuhan atas pengalaman perjumpaan dengan umat yang makin menguatkan panggilanku menjadi calon imam untuk Keuskupan Agung Semarang. Amin



Kentungan, 22 Oktober 2009

Fr. Merdy Nugroho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar